(Ditulis di tanggal 22 Januari 2025) https://www.youtube.com/embed/k0ubS6BhHu4?si=qpj5z4X44LeX95VQ

(Sumber: YouTube – antinrml)

Awal tahun 2025 langsung panas dengan viralnya Garam & Madu dari Tenxi, Naykilla, dan Jemsii. Perpaduan hip-hop dan dangdut yang segar ini berhasil viral dalam waktu kurang dari sebulan. Per 21 Januari aja, Garam & Madu udah tembus 19,2 juta streams—seakan jadi bukti kalau dangdut dan turunannya, hipdut, makin diterima pendengar masa kini.

SK Dangdut Modern.png
(Sumber data: databoks.katadata.co.id)

Padahal, berdasarkan survei Skala Survei Indonesia 2022, meskipun dangdut menjadi genre musik paling populer di Indonesia dengan 58,1% peminat, pasarnya cenderung lebih segmented dibandingkan musik pop, misalnya, yang disukai oleh berbagai kalangan.

Eh tapi kalau dilihat dari ramainya anak muda yang nonton Tenxi, Naykilla, dan Jemsii di Xoan Social Malang, tanggal 16 Januari lalu, kelihatannya dangdut justru makin diminati kalangan anak gaul Gen Z gak sih? Kok bisa ya? Kira-kira apa ya yang bikin anak muda sekarang suka dangdut?

SK Dangdut Modern (1).png

Sebenarnya, kolaborasi dangdut dengan genre lain udah ada sejak lama. Sadar gak sadar, ini juga yang ngebentuk perspektif masyarakat Indonesia kalau dangdut itu genre yang familiar dan asik didengerin.

Sejak 2018, Feel Koplo sukses bikin dangdut koplo jadi kekinian. Dengan remix lagu-lagu modern yang dibalut gaya koplo, mereka berhasil bikin genre ini lebih relate sama anak muda Gen Z. Gak cuma itu, mereka juga sering tampil di festival-festival besar, nunjukin kalau dangdut koplo sekarang udah punya tempat di hati banyak orang.

Selain remix koplo, tren video Jedag-Jedug juga ikut berperan dalam mempopulerkan musik dangdut. Meski gak secara langsung promosiin dangdut, konten Jedag-Jedug yang sering pakai backsound remix EDM dengan sentuhan lokal bikin telinga Gen Z makin familiar dengan dangdut. Contohnya, influencer Sintya Marisca yang sering bikin konten Jedag-Jedug di TikTok. Salah satu videonya aja tembus sampai 11,8 juta views.

Mengutip IDN Times, menurut Mardial, seorang DJ dan produser musik, musik Dutch House dan Breakbeat sempat booming di club malam era 2000-an. Lama-lama, DJ Indonesia ngasih sentuhan lokal seperti ketukan dangdut ke dalam beat-nya. Dari situ, lahirlah Indo Bounce, yang belakangan lebih dikenal sebagai Jedag-Jedug di kalangan user dan kreator TikTok.

Gen Z dan Dangdut: Gimana Pendapat Mereka?
(Semua pertanyaan dijawab oleh Cipa [2002], Social Media Specialist dan penikmat musik Indonesia!)

Menurut kamu, lagu Garam & Madu itu gimana? Apa yang kamu suka dari lagunya?
Easy listening, bikin goyang lah musiknya. Similar sama musik Jedag-Jedug.

Apa yang bikin Garam & Madu populer di kalangan Gen Z?
Menurut aku pengaruh dari musik TikTok ya. Breakbeat, Jedag-Jedug, itu kan populer banget di TikTok, jadi pas si Garam & Madu ini ada, ya membludak lah karena pasarnya udah ada dan gede di TikTok.

Menurut kamu dangdut itu gimana? Kalau dikemas lebih sesuai dengan selera anak muda atau Gen Z, bisa gak ya dangdut jadi lebih mainstream dan relatable?
Aku pribadi penikmat dangdut. Dari zaman Elvi Sukaesih sampai yang paling modern kayak Nella Kharisma dan Via Vallen. Musik yang menyenangkan dangdut tuh. Mungkin kalau di combine produksinya jadi lebih modern, dangdut bisa lebih populer lagi di kalangan Gen Z. Make dangdut great again sih, semua musik berhak dirayakan.

Dengan penerimaan yang makin luas dan inovasi musisi muda, dangdut terbukti pantas mendapat perhatian di tahun ini. Kehadiran Garam & Madu dengan jargon hipdut yang digandrungi Gen Z pun berpotensi jadi game changer yang membuka jalan untuk eksplorasi musik dangdut di industri musik Indonesia.

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *