(Sumber: wikipedia.com)

Mereka adalah Puspa Karima, grup musik tradisional asal Sumedang yang gak cuma bermusik, mereka juga mengedukasi dan membela hak-hak wanita. Apa yang membedakan mereka dari grup lain di ranah musik tradisional Sunda? Simak selengkapnya di Siar Kabar!

Puspa Karima merupakan grup musik tradisional Sunda asal Sumedang yang terdiri dari lebih dari 20 musisi perempuan berbakat dengan latar belakang beragam.

Awalnya dibentuk pada masa pandemi, mereka berada di bawah naungan Yayasan Puspa Karima Indonesia, sebuah organisasi yang berfokus pada pelestarian budaya serta pemberdayaan perempuan.

Pengalaman Tampil Puspa Karima:

  • UNESCO – Perancis (2019), Cultural Event of Permanent Delegation of the Republic of Indonesia to UNESCO
  • The Embassy of France & IFI (2019)
  • Singapore (2022), Resepsi Diplomatik – KBRI Singapura
  • China-ASEAN Music Festival (2022), Konser ISBI & Guanxi Academy of Arts
  • LOKOVASIA – NASIONAL (2023 & 2024), Kemendikbud RI Denpasar & Malang

Dan seterusnya…

DSC06745.JPG
(Sumber: Galih Mukti – Puspa Karima)

Apa yang membedakan Puspa Karima dengan grup musik lainnya?

Selain tampil di berbagai panggung nasional dan internasional, Puspa Karima menonjol dengan upaya memberdayakan perempuan, mengarsipkan karya, dan tetap relevan di era media sosial. Lantas, kenapa langkah mereka begitu penting dalam pemberdayaan perempuan?

SK Puspa Karima.png

Berdasarkan data terbaru BPS (Badan Pusat Statistik) Jawa Barat 2023, Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Jawa Barat tercatat 0,482, dengan 35,36% perempuan berpendidikan minimal SMA. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja perempuan pun hanya mencapai 48,01%, jauh di bawah laki-laki (83,93%)*.

*Dihitung oleh BPS, mengukur kesenjangan gender dalam berbagai aspek, termasuk pemberdayaan (tingkat pendidikan) dan partisipasi di pasar kerja.

Meski befokus di Sumedang, Puspa Karima patut diapresiasi sebagai yayasan independen yang mendukung perempuan sekaligus melestarikan budaya Sunda.

Sebagai yayasan independen, bagaimana Puspa Karima berkontribusi memberdayakan perempuan?

Puspa Karima membuka ruang bagi perempuan untuk mengisi peran yang selama ini dianggap milik laki-laki, seperti memainkan rebab. Menurut Bunga Dessri, founder Puspa Karima, alat musik ini kerap dianggap simbol tubuh perempuan yang tabu disentuh sesama perempuan.

Namun, di Puspa Karima, batasan itu dilewati. Meski sering dicibir, Bunga tetap teguh, terus mengasah kemampuannya karena merasa itulan panggilannya.

Gak cuma memberdayakan perempuan, Puspa Karima juga berkontribusi untuk perkembangan budaya Sunda, lho!

Mengapa kita membutuhkan lebih banyak Puspa Karima lainnya di Indonesia?

Tak hanya rutin mengarsipkan penampilan di segala kanal sosial media, Puspa Karima juga aktif di Instagram, menyajikan konten edukatif tentang pemberdayaan perempuan dan budaya tradisional Sunda.

Dengan belasan ribu pengikut di media sosial, mereka membuktikan bahwa mendukung nilai-nilai baik pun membutuhkan eksekusi yang matang dan relevan dengan zaman agar pesan yang dituju bisa sampai ke masyarakat.

Snapinst.app_478077854_18036003965610824_6151999100485317391_n_1080.jpg
(Sumber: Kongsi 8 – @kongsi.8)

Kamu bisa mendukung Puspa Karima dengan membagikan karya mereka di media sosial, berinteraksi di YouTube, Instagram, dan TikTok, serta menghadiri pertunjukan mereka. Dukungan ini membantu mereka terus berkarya, melestarikan budaya Sunda, dan memberdayakan perempuan dalam seni tradisional.

Langkah kecil dari banyak orang bisa memberi dampak besar, jadi yuk, ikut ambil bagian!

Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *